Sunday 23 September 2007

Bule, Emping dan Tempe Bacem

About this book!!

(sinopsis)


Melihat judulnya pasti dikira buku ini tentang kuliner atau juga malah mirip buku resep masakan. Buku yang disalin dari buku harian Carmen ini adalah buku ke 2 yang saya buat. Buku yang pertama saya tulis adalah ”verliebt in Wien, Vienna aku jatuh cinta ” diterbitkan oleh penerbit cupid tahun 2006. Kalau di buku pertama banyak berkisah tentang indahnya kota Vienna dan sekelumit kisah cinta gadis Indonesia yang tinggal di kota Vienna sebagai Au pair Mädchen. Novel yang ke dua ini justru pengalaman sejati teman Rere dari Austria (baca=bule Austria) yang ikut Rere mudik ke Jogjakarta. Di sinilah berbagai kisah konyol dan mengharukan si bule mulai nampak dalam menghadapi dunia yang begitu asing bagi dia. Dari ajaran sesat Rere untuk memakan jengkol, trus anjuran maut dari Sukira untuk makan pete mentah-mentah, kegiatan menurunkan berat badan dengan mengayuh betjak dengan berbagai tips untuk menurunkan berat badan ala Carmen, ketemu muka dengan mbah Maridjan si penunggu Gunung Merapi, mancing di sungai besar tengah malam, belajar membatik di kawasan Tamansari Jogja, belanja di pasar tradisional dan rasa kasihan Carmen terhadap nasib seekor burung yang dijual di pasar burung Ngasem, kegemaran Carmen untuk makan makanan tradisional Jogja ( Emping, Gudeg, Salak rebus, Tempe bacem dan lain sebagainya), Carmen juga belajar bergoyang dangdut dari master-master dangdut Jogja gara-gara terhipnotis melihat goyangan-goyangan erotis penyanyi dangdut di THR (Taman Hiburan Rakyat) Purawisata Jogja , sampe Carmen belajar bahasa Jawa alus sampe bahasa Jawa Prokem. Juga kegiatan-kegiatan gokil yang dilakukan Carmen jarang sekali dilakukan oleh bule-bule lain. Cuman saya dipesenin ama si bule agar namanya diganti dengan nama yang lain demi kenyamanan dia. Tentu saja Carmen baru menguasai bahasa-bahasa indonesia yang belum pakem. Sehingga kami berdua biasa berkomunikasi memakai bahasa Jerman. Sebenarnya dia banyak menuturkan dengan bahasa seadanya, dia hanya sedikit belajar bahasa gaul. Sehingga pure buku ini adalah rekayasa saya tentang penggunaan bahasanya. Moga-moga buku ini bisa menambah wawasan and membuat pikiran pembaca tambah fresh!!! See u all !!!!

Verliebt in Wien


Judul: Verliebt in Wien (Vienna, Aku Jatuh Cinta)
Penulis: Bintang Alzeyra
Penerbit: Cupid
Tahun terbit: 2006
Jumlah halaman: 128

Satu lagi novel dengan genre chicklit menambah daftar panjang pustaka anak negeri. Bintang Alzeyra yang mewarnai sastra Indonesia dengan novel perdananya berjudul Verliebt in Wien, Vienna, Aku Jatuh Cinta.

Novel yang terbilang cukup tipis ini, setebal 128 halaman bercerita tentang secarik kisah perjalanan hidup seorang au pair (istilah pelajar Indonesia yang tinggal di rumah keluarga setempat) di Austria, negara yang menggunakan bahasa Jerman sebagai bahasa resminya.

Novel ini bercerita tentang Rayya, au pair di Austria yang menemukan sebuah cinta yang unik di negara ini. Cintanya jatuh pada Franz, seorang hedonis dan liberal yang dikenalnya melalui Friendster. Franz ternyata dikemudian hari menorehkan luka dalam bagi Rayya. Meski segala pengorbanan diberikan untuk mempertahankan cintanya itu, hingga mengubah dirinya menjadi perempuan yang sepertinya diinginkan Franz, Rayya kemudian memutuskan meninggalkan Franz dan segala kenangan tentang laki-laki itu.

Rayya pun membuka hatinya menerima Jonathan yang memiliki cinta tulus untuk menjadi suaminya. Namun cerita tentang Franz rupanya masih menguntitnya pada suatu kesempatan Rayya kembali ke Austria, yang menyebabkannya hampir kehilangan nyawa. Tapi perjalanan itu justru makin menyadarkan Rayya bahwa laki-laki yang dicintai dan tepat untuknya adalah Jonathan, suaminya.

Novel ini menjadi sedikit unik karena sarat bahasa Jerman berikut artinya. Membuat pembaca mendapatkan added value jika membacanya, sedikit belajar bahasa Jerman. Selain itu, saat membacanya, saya menemukan kejutan-kejutan kecil dengan peristiwa-peristiwa tidak terduga sebelumnya. Misalnya bagaimana kemesraan antara Franz dan Rayya yang ternyata meluangkan ruang masuknya Zarah, wanita lain yang dicintai Franz, juga pertemuannya dengan Jonathan.

Rere, demikian panggilan akrabnya, menggunakan kata-kata yang lugas dan tidak berpanjang-panjang dalam menjelaskan sebuah peristiwa. Metode seperti ini menguntungkan bagi penyuka bacaan ringan. Tetapi, jika ingin merangsang imaginasi hingga ikut terbawa kata-kata mungkin nanti Rere akan bisa menampilkannya di novel keduanya yang dijanjikan akan segera diterbitkan. Terlepas dari itu semua, hadirnya novel ini cukup memberikan hiburan segar kala senggang saat menunggu jam kuliah, menunggu pacar atau giliran antri ke dokter.

Rere yang dijumpai saat peluncuran bukunya pada 19 Desember lalu di toko buku Toga Mas berujar, “Bagi saya cinta itu adalah keikhlasan. Mencintai seseorang berarti siap untuk kehilangan orang itu,”. Hmmm…

sumber : andongmagz.com